no hp:946701

ada berapa orang yang buka blog ini

Turn up your speakers please

ShoutMix chat widget
href='http://www.photobucket.com/your_favicon.ico' rel='shortcut icon'/>

Cari Blog Ini

Kamis, 28 Juli 2011

YTH Kepada Rekan-rekan di HealOurMusic.com,
Sebelumnya kami ingin menjelaskan beberapa hal tentang posisi kami di internet sebagai situs pencari lagu, bukan situs penyedia lagu.
Dimana hal ini juga dilakukan oleh situs-situs pencari yg lain seperti Google, Yahoo dimana mereka juga menampilkan hasil pencarian menuju sumber asli dari file itu berada, begitu juga dengan kami. Bedanya dimana? bedanya [...]

Koleksi Download lagu dan lirik lagu terbaru »

Wali – Doaku Untukmu Sayang




Download | Video Clip | Lirik | Foto | Berita

Winda – Kutemukan Penggantinya




Download | Video Clip | Lirik | Foto | Berita

Maher Zain – Insya Allah (feat. Fadly Padi)




Download | Video Clip | Lirik | Foto | Berita

Afgan – Panah Asmara




Download | Video Clip | Lirik | Foto | Berita

Vierra – Terlalu Lama




Download | Video Clip | Lirik | Foto | Berita

Ungu ft. Andien – Saat Bahagia




Download | Video Clip | Lirik | Foto | Berita

7 Icons – Playboy




Download | Video Clip | Lirik | Foto | Berita

Tangga – Utuh




Download | Video Clip | Lirik | Foto | Berita



Free Download Mp3 Lagu Indonesia Terbaru Gratis Lirik Lagu Musik Chord 

Rabu, 13 Juli 2011


mejual diweb — Jakarta

  • Lokasi: Jakarta, Jakarta, Indonesia
  • Tanggal Terpasang: Juli 14

pembuat lagu chik

nama:priya
jenis kelamin laki laki
umur:8 tahun

Rabu, 08 Juni 2011

komentar

komentarkan tentang blog ini






                                                                                                                                                                                                                                                     
                                                                                                             
                                                                                                    terima kasih jika anda telah menulis komentar

Setelah Laskar Pelangi menjadi film paling fenomenal di tanah air, dengan menjadi tontonan yang paling banyak disaksikan oleh masyarakat Indonesia, kini Miles Film dan Mizan Production kembali memperkenalkan film terbaru mereka berjudul Sang Pemimpi. Film yang diangkat dari novel Tetralogi karya Andrea Hirata ini, hadir lebih segar dan menghibur.

Sang Pemimpi berawal dari Ikal dewasa (Lukman Sardi) yang sedang berjuang mencari jalan untuk mewujudkan mimpinya pergi ke Paris. Dalam keputusasaan karena ditinggal sahabatnya Arai dewasa (Ariel Peterpan) dirinya merasa bahwa impiannya selama ini sepertinya hanya mimpi belaka. Di saat ia ingin melupakan mimpi-mimpinya itu, Ikal yang saat itu bekerja sebagai pegawai pos kembali di ingatkan dengan masa-masa bahagia saat remaja di Manggar bersama dua sahabatnya.

Ikal Remaja (Vikri Septiawan), Arai Remaja (Rendy Ahmad) dan Jimbron Remaja (Azwir Fitrianto) merupakan 3 sahabat yang dipertemukan oleh nasib. Ketiganya menjalani kehidupan di Manggar Belitung dengan penuh perjuangan untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka. setiap hari dalam kehidupannya, mereka bekerja keras mencari uang untuk ditabung sebagai bekal mereka mewujudkan impiannya pergi ke Paris.

Banyak sekali adegan-adegan yang lucu yang bisa membuat kita tertawa, walaupun ini bukan film komedi. Sang sutradara dengan cerdik menyisipkan unsur moral dan konflik yang terjadi bisa membuat kita meneteskan air mata. Satu yang saya ingat adalah ketika, bapak Ikal (Mathias Muchus) mengalami musibah, sebagai bukti persahabatan Arai dan Ikal memberikan tabungan yang selama ini dikumpulkan untuk mewujudkan mimpinya kepada ibu Ikal (Rieke Dyah Pitaloka). Scene itu sarat dengan makna pengabdian anak kepada kedua orang tuanya.

Dibawah arahan sutradara Riri Riza, sekuel ini sangat lebih luas bertutur. Selain kisah petualangan tiga sahabat, ada juga kisah percintaan yang menarik antara Arai Remaja dan Zakiah Nurmala (Maudy Ayunda) yang menambah film ini menjadi lebih menarik. Selain itu kisah Jimbron yang mencintai seorang gadis nelayan yang ditinggal pergi oleh keluarganya yang hilang tersapu ombak. Selain itu Riri juga menyelipkan beberapa animasi sederhana yang menambah kelucuan film yang berdurasi 128 menit ini.

Satu scene yang membuat isi bioskop tertawa saat screening film ini adalah, ketika Ikal Remaja mengucapkan kata-kata “masa muda, masa yang berapi-api. H.Rhoma Irama” kontan terdengar keras tawa para penonton yang hadir, hal yang amat jarang terjadi jika seisi bioskop itu adalah wartawan. Mungkin hal ini dikarenakan mimik wajah serta nada suara Ikal Remaja yang amat mendukung.

Sang Pemimpi serentak tayang di bioskop-bioskop tanah air mulai 17 Desember. Film ini bisa jadi merupakan salah satu film Indonesia yang paling di tunggu tahun ini. Jadi penasaran ingin lihat akting Ariel? Serta nama-nama besar lainnya seperti, Mathias Muchus, Nugie, Rieke Dyah Pitaloka, Landung Simatupang, dan Jay Wijayanto bermain. Jangan sampai nggak nonton ya. (deri)

Sang Pemimpi

Prolog Sang Pemimpi

Aku telah menghabiskan demikian banyak waktu untuk novel keduaku ini bukan untuk menulisnya, menulisnya tak lebih dari empat minggu, namun untuk mempertanyakan pada diriku sendiri tentang teori kurva belajar (learning curve) yang dengan sangat kurang ajar kureka-reka sendiri. Awalnya, aku ingin sekali, agar setiap buah pikiran yang ada dalam setiap paragraf yang kuhaturkan kepada Anda merupakan bagian dari suatu pencerahan karena aku telah mempelajari semua aspeknya dengan seksama. Namun rupanya aku ini bukan Truman Capote yang mampu melihat intelejensia pada setiap gelembung peristiwa lalu menulisnya dengan presisi yang mengagumkan.

Maka kurendahkan sedikit standard diatas dengan mencoba menisbikan kompleksitas suatu fenomena lalu menyajikannya secara ringan tapi imajinatif tanpa mengkorupsi esensi dari fenomena itu, ini juga tak sukses karena ternyata aku bukan Antonio Skarmeta.

Namun aku berkeras dengan teori learning curve versiku itu sebab aku begitu termotivasi untuk menjaga nilai-nilai yang menurutku seharusnya ada dalam sebuah buku: ilmu, semangat, integritas, keberanian bercita-cita, dan ajakan untuk tidak menyerah pada rintangan apapun. Klasik memang, tapi apa boleh buat, hanya hal-hal seperti itulah yang menarik minatku untuk menulis. Lagi pula aku telah menemukan daya tarik yang tak habis-habisnya dari gaya menulis secara realis. Motivasi jenis ini merupakan warisan pelajaran mutiara raja brana, harta berkilauan tak ternilai yang kudapat dari dua orang guruku di sebuah sekolah dasar yang hampir rubuh, dan akhirnya rubuh: Ibu Muslimah Hafsari dan Bapak Harfan Efendy Noor. Anda akan berkenalan dengan orang-orang gagah berani ini, para ksatria pendidikan yang terabaikan ini, jika Anda sempat membaca buku pertamaku Laskar Pelangi.

Akhirnya yang kulakukan adalah memetakan saja setiap titik dari kurva belajarku sejak mula lalu menulisnya dengan berusaha memperhitungkan secara teliti implikasi emosi dari setiap bab. Dramanya dimulai dari kelas satu SD sampai kelas tiga SMP, dan yang kudapat adalah Laskar Pelangi. Sebagai bagian dari tetralogi Laskar Pelangi maka novel Sang Pemimpi di tangan Anda ini bercerita tentang kelanjutan perjuangan tokoh-tokoh menarik yang ada didalamnya sejak mereka remaja SMA. Lalu lihatlah bagaimana dahsyatnya tenaga dari mimpi orang-orang muda itu sehingga membawa mereka pada penaklukan-penaklukan yang tak terbayangkan.

Sebagai seorang anak Melayu, mencerburkan diri ke dalam samudera sastra bagiku sama rasanya seperti menggoda sarang tawon.

"Bangsa Melayu adalah bangsa pujangga, pikirkan seratus kali dari pada tulisanmu hanya akan mencemari nama nenek moyangmu!" demikian pesan seorang kritikus.

Sehingga menulis memoar seperti Sang Pemimpi ini, dibawah jajahan insomnia yang parah, kata-kataku menjelma menjadi seekor hewan terirorial yang liar. Setengah mati aku memaksanya keluar dari liangnya untuk membebaskan diriku dari keakuan agar aku tak menjadi narsis, kelelahan aku menjaganya untuk tak melintasi teritori itu agar tak tercabik-cabik dilibas literatur populer yang perkasa mengangkangi industri buku dewasa ini, terhuyung-huyung aku berusaha tegak dalam teritoriku demi reputasi nenek-nenek moyangku, dan yang paling menggemaskan, belum tentu akan ada penerbit buku-yang merupakan bagian dari kaum kapitalis itu-yang berminat menerima karyaku yang tak sudi tunduk pada selera pasar ini.

Maka inilah kawan, dengan gagah berani, kupersembahkan padamu Sang Pemimpi. Terutama karena terdorong oleh daya juang tokoh-tokoh dalam cerita ini: Arai dan Ikal. Tak gentar mereka menibarkan mimpi-mimpinya di bulan ketika kaki-kaki muda mereka yang kumal dan telanjang masih terbenam di dermaga Magai, nun jauh di pulau terpencil Belitong sana, untuk menyambung hidup, untuk membiayai sendiri pendidikannya. Bagaimanakah nasib akan memperlakukan mereka?

Bagian yang paling menarik dalam riset saat menulis buku ini adalah aku menemukan ternyata perjalanan nasib seseorang tak ubahnya seperti ekstrapolasi potongan-potongan mozaik. Mozaik-mozaik itu terserak-serak dalam berbagai dimensi ruang dan waktu namun nanti perlahan-lahan, secara misterius, ia akan berkumpul membentuk eksistensi orang tersebut. Inspirasi terbesar dari pengetahuan tentang mozaik ini mulanya dicetuskan oleh guru kusesasteraan SMA saya yang hebat: Bapak Julian Ichsan Balia.

Dalam konteks dunia buku saat ini, menulis dan mungkin membaca buku seperti ini diperlukan keberanian. Namun jika anda seorang yang juga tak mudah surut menghadapi carut marut hidup ini, seperti Arai dan Ikal, senang dengan tantangan, menyukai letupan-letupan mara bahaya, harapanku adalah Anda dapat berdendang seirama genderang kata yang kutabuh, Anda dapat menari serancak imajinasi, melantun seindah gurindamku, tersenyum, tertawa, terharu, dan menangis bersama tokoh-tokoh yang jujur, para patriot kehidupan sehari-hari, di dalam buku ini. Sebaliknya bagi Anda yang berminat menulis buku semacam ini jangan biarkan pena Anda bertekuk lutut. Teruslah menulis, kabarkan kebenaran, walaupun Anda terancam bangkrut.

Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan dua novel lagi yang sedang kutulis secara simultan saat ini dengan judul Edensor dan Maryamah Karpov-novel terakhir ini tentang penghormatan pada kaum perempuan-merupakan tetralogi Laskar Pelangi yang kuanggap sebagai proyek seni pribadiku untuk Belitong, pulau kecil kelahiranku nun di serambi Laut China Selatan sana. Meletakkan budaya orang Melayu dan Tionghoa Melayu di Belitong sebagai platform untuk mendefinisikan tetralogi itu merupakan elemen yang paling menggairahkanku. Ingin rasanya mampu menulis buku-buku yang mampu menghidupkan karakter dan budaya, sayangnya aku ini bukan Alexander McCall Smith.